Matahari mensengatkan panasnya ke bumi, begitu
terik tak tertahankan dikepala. Seakan akan kepala ini akan pecah menerima
percikan sinar panasnya sang pemimpin tata surya itu.
Saat terikan matahari menyengat di kepala,
tiba-tiba ponsel yang sembari tadi tak ada dering apapun. Tiba-tiba berdering
pesan singkat, seakan mengagetkan lamuanku akan panasnya matahari di tanah
orang, Tangerang.
Ternyata pesan singkat itu datang dari salah
seorang sahabat kecilku. Dia memberi kabar bahwa teman cewek ku saat masih duduk
di zaman putih biru telah menikah, Elis.
Gadis yang pernah jadi kembang sekolah itu ternyata sekarang sudah menjalani
hidup barunya dengan sang juragan sate di kampungnya, Brebes.
Entah perasaan kaget, heran, terkejut semua
menjadi satu. Bukan karena dulu aku pernah naksir dengan kembang sekolah itu,
melainkan kaget karena di usia yang termasuk dini dia sudah berani melangkah ke
pelaminan.
Selamat menempuh hidup baru kawan, semoga
menjadi istri yang solehah yang mampu menjadikan pakaian untuk suamimu.
”Jodoh, Rezeki dan
Mati siapa sih yang tahu” mungkin itulah kalimat yang kita sering dengar di sekeliling
lingkungan kita. Siapa sih yang akan tahu akan jodoh kita ? Siapa sih juga yang
tahu akan rezeki kita ke depan ? dan siapa pula yang akan benar benar tahu akan
ajal yang menjemput kita ? kita hanya hamba yang menjalani hidup sesuai aturan
sang pencipta langit, Allah SWT.
Sehari setelah berita teman cewek yang dulu
pernah nge-Band bareng semasa SMP dan sekarang sudah menikah. Kabar selanjutnya
pun tak terkira dan tak pernah ku bayangkan. Teman sekolah dan teman nyantri
bareng di Al hikmah 2, meninggal dunia. Innalilahi
wa inalilahi rajiun. Fitria Martiani teman yang hanya sebatas kenal saja
menghadap sang kuasa, karena kecelakaan di daerah Priuk, Jakarta Timur.
Cewek asli madura ini dulu pernah menjalani
kedekatannya dengan teman cowok ku juga. Dan disengaja ataupun tidak terkadang
aku dan teman-teman pernah mengunjingnya, tentunya mengunjing di belakangnya.
Fitri itulah nama yang sering menjadi tread topik obrolan kami di kamar asrama.
Sungguh sangat tak percaya dalam diriku ternyata Fitri sudah berpulang ke
Rahmatullah.
Rasa menyesal, kecewa, kaget pun lagi lagi
mengidap di dalam hatiku. Menyesal dulu pernah mengunjingnya dan belum sempat
meminta maaf kepadanya. Kecewa sungguh sangat kecewa, mengapa dulu pernah
mengunjing dibelakangnya. Kaget pasti kaget karna tak pernah ku menyangka dia begitu cepat
berpulang ke Rahmatullah.
Tapi apalah arti nasi yang sudah menjadi
bubur. Ajal kematian tak ada yang tahu, semua adalah misteri dari sang illahi.
Kini hanya ada iringan doa yang hanya sanggup ku persembahkan untukmu kawanku,
Fitria Martini.
Fitria Martiani semoga kau tenang di alam
sana, maafkan kami teman-teman mu yang dulu pernah mengunjingmu. Yang dulu
pernah menyakitimu baik sengaja maupun tidak. Dan terimaksih pula mungkin dari
sebagian temanmu pernah kau buat ceria, pernah kau buat riang dan memberikan
kesan berarti di teman temanmu. Hanya suratul Fatihah lah yang bisa kami persembahkan
untuk mu. Maaf kawan kami pun tak bisa mengantarkan engkau di tempat
persitirahatan terakhir mu. Selamat jalan kawan.
Fitria Martini.